Notification

×

Kode Iklan Disini

Kode Iklan Disini

Wakil Rakyat DPR-RI Ade Jona Jadi Inisiator Perdamaian Wali Kelas Hukum Murid Duduk Dilantai,Tunggakan SPP Dilunaskan

Minggu, 12 Januari 2025 | Januari 12, 2025 WIB Last Updated 2025-01-12T06:28:55Z

Keterangan Foto; Anggota DPR RI Ade Jona Prasetyo Dan Wali kelas viral dengan Orang Tua Murid SD Swasta di Medan didampingi Kapolsek Delitua Kompol Dedy Darma SH.


Medan] Sebuah video menampilkan seseorang siswa sekolah dasar (SD) swasta di Jalan STM, Kota Medan, disuruh belajar di lantai oleh wali kelas. Siswa kelas 4 SD itu disuruh belajar di lantai hanya karena menunggak uang sekolah selama 3 bulan.
Dalam video yang dilihat, Jumat (10/1/2025), terlihat siswa SD duduk di lantai dalam ruangan kelas. Kemudian perekam video yang ternyata orang tua siswa itu mempertanyakan perihal tersebut kepada wali kelas yang saat itu sedang berada di ruangan belajar.

Orang tua siswa, Kamelia (38), mengatakan jika peristiwa dalam video terjadi pada Rabu (8/1). Anaknya sendiri ternyata telah duduk selama 3 hari di lantai.

"Di hari Rabu, tanggal 6 (Januari) masuk sekolah kan, jadi sekitar 3 hari itu dia memang duduknya di lantai tanpa sepengetahuan saya," kata Kamelia kepada detikSumut, Jumat (10/1/2025).

Kamelia pun menceritakan kronologi dia mengetahui anaknya duduk di lantai saat belajar. Kamelia menyebutkan wali kelas membuat peraturan jika siswa yang belum mengambil rapor tidak boleh mengikuti kegiatan belajar mengajar.

"Jadi gini ceritanya, saya memang belum melunasi uang SPP awalnya, tapi wali kelasnya itu kan membuat peraturan kalau sudah terima raport baru muridnya bisa mengikuti pelajaran," sebutnya.

Peraturan itu kemudian diketahui dibuat sendiri oleh wali kelas tanpa sepengetahuan kepala sekolah. Anak Kamelia sendiri belum bisa mengambil rapor karena masih menunggak uang sekolah selama 3 bulan.

Kamelia mengaku sudah berkomunikasi dengan wali kelas jika dia belum bisa datang ke sekolah. Dirinya berniat menjual handphone-nya agar bisa melunasi uang sekolah kedua anaknya di sekolah itu.

Sedangkan, anaknya yang lain disebut tidak mendapat perlakuan seperti itu meskipun belum membayar uang sekolah.

"Saya sudah koordinasi hari Selasa-nya, saya bilang ibu izin saya belum bisa datang, itu rencana kemarin saya mau sempat jual HP untuk bayar uang sekolah biar (anak) dapat raport," ucapnya.


Dia mengaku mengetahui jika anaknya duduk di lantai berawal dari anaknya yang tidak mau berangkat ke sekolah pada Rabu (8/1) pagi. Saat itu, Kamelia meminta agar anaknya pergi duluan dan akan menyusul untuk membayar uang sekolah.

Anaknya kemudian menceritakan jika dia malu duduk di lantai beberapa hari ini karena belum mengambil rapor. Dari situlah kemudian Kamelia datang ke sekolah.

"Terus anak saya bilang gini 'jangan lah Mak, ayolah datang ke sekolah, Mahesa malu lo Mak asyik duduk di semen aja, dari pertama masuk," ujarnya.

Kamelia kemudian menghubungi wali kelas anaknya untuk memastikan informasi dari anaknya. Wali kelas membenarkan hal itu dan ngotot jika aturannya anak tidak bisa mengikuti pelajaran jika tidak mengambil rapor.

Mengetahui hal itu, Kamelia kemudian datang ke sekolah dan melihat langsung anaknya duduk di lantai saat belajar. Kamelia mengaku miris saat melihat anaknya duduk di lantai.

"Miris hati saya, kok kecewa kali, saya kan dari awal sudah izin, kenapa didudukkan di semen juga," ungkapnya.

Setelah sempat mempertanyakan soal anaknya duduk di lantai, Kamelia kemudian diajak ke kantor. Wali kelas disebut tetap kekeuh dengan sikapnya, padahal kepala sekolah mengatakan tidak ada membuat aturan seperti itu.

"Memang dia kekeuh, dia (wali kelas) bilang 'saya sudah suruh keluar tapi dia (siswa) nggak mau', saya tanya kepsek apakah itu peraturan dari sekolah, kepsek bilang 'peraturan itu nggak ada saya buat'," sebutnya.

Kamelia mengaku sudah memohon, apalagi dirinya saat itu sedang sakit. Suami Kamelia sendiri bekerja sebagai tukang bangunan.

Uang sekolah anaknya di SD itu sebesar Rp 60 ribu per bulan. Kedua anaknya yang sekolah di SD itu sama-sama menunggak uang sekolah selama 3 bulan.

"Kalau dia kan dari kelas 1 itu Rp 60 ribu, tidak ada naik sampai sekarang Rp 60 ribu, mereka kan ini berdua abang beradik, si adik lah satu, tiga bulan lah uang SPP mereka belum dibayar," ucapnya.


Persoalan anak sekolah duduk dilantai karena menunggak pembayaran SPP ini kemudian mendapat perhatian dari Wakil Rakyat anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Sumatera Utara 1 Ade Jona Prasetyo.


Pemimpin Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran di Sumatera Utara itu terjun langsung menemui orang tua murid dan langsung melakukan mediasi hingga berujung damai dan saling memberikan maaf.


Sosok Ade jona Prasetyo dalam isu Sosial bukan kali pertama teedengar,Namanya sudah ada di surat keputusan Tim Kampanye Nasional (TKN) yang ditandatangani Ketua TKN, Rosan Perkasa Roeslani dan Sekretaris TKN, Nusron Wahid kala itu.


Ade Jona yang juga berposisi sebagai Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia - Sumatra Utara (HIPMI Sumut),mengemban kepercayaan oleh dari Rakyat Sumatera Utara di Dapil 1.


Misi Ade Jona belum selesai. Selain keluarga, Ade Jona juga memiliki keinginan untuk membangun perekonomian di Sumatra Utara agar semakin baik.


Ia menginginkan adanya lapangan kerja yang baik sekaligus mendorong percepatan pembangunan ekonomi nasional. Ade Jona begitu yakin kepada jiwa-jiwa muda, karena mereka memiliki tekad, semangat, dan kreativitas tinggi yang menjadi kunci dalam membangun perekonomian yang baik.


Tak hanya itu, Ade Jona juga ingin memperjuangkan nasib para pelaku UMKM yang menurutnya menjadi pondasi perekonomian Indonesia. Mereka harus diperhatikan dengan intensif.(Tim)